Kabupaten Bekasi – RSUD Cabangbungin kembali menjadi sorotan tajam dan menuai gelombang kemarahan publik. Belum genap sepekan sejak rumah sakit ini digeruduk ratusan warga karena sederet dugaan pelanggaran, kini muncul kasus baru yang lebih mengerikan dan mengguncang nurani: dugaan malpraktik medis yang membuat bola mata pasien pecah.
Korban terbaru adalah Bayu Padilah (26), warga Kampung Tambun RT 013 RW 005, Desa Karangharja, Kecamatan Pebayuran. Bayu awalnya datang ke RSUD dengan keluhan demam biasa. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, ia didiagnosis menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Namun, alih-alih membaik, kondisi Bayu justru memburuk selama tujuh hari perawatan. Bola mata kanannya bengkak hebat, keluar dari kelopak, lalu pecah.
Menurut keluarga, kondisi mata Bayu dalam keadaan normal saat pertama kali masuk rumah sakit. Dugaan kuat mengarah pada kelalaian medis atau prosedur penanganan yang salah selama masa perawatan.
“Pasien datang hanya dengan demam, tapi pulang dengan mata pecah. Ini bukan kejadian biasa. Ini kejahatan yang harus diusut tuntas,” tegas salah satu anggota keluarga Bayu.
Yang lebih mencengangkan, keluarga mengalami kesulitan saat hendak merujuk Bayu ke rumah sakit lain di Bandung. Pihak RSUD diduga mempersulit rujukan dengan alasan tidak adanya kerja sama antar rumah sakit. Bahkan, pasien nyaris tidak bisa dipulangkan jika keluarga tidak bersikeras dan adu argumen dengan pihak rumah sakit.
Setelah Bayu berhasil dirujuk ke Bandung, dokter yang menangani justru mengonfirmasi adanya kejanggalan dalam pengobatan sebelumnya, memperkuat dugaan malpraktik serius.
“Krisis Kemanusiaan di RSUD Cabangbungin: Dari Pelecehan, Pemecatan, hingga Malpraktik”
RSUD Cabangbungin memang bukan kali ini saja menjadi sorotan. Sebelumnya, rumah sakit ini diguncang isu pelecehan seksual oleh oknum tenaga medis, pemecatan sepihak petugas keamanan, hingga kacau-balau dalam sistem pelayanan pasien.
Kini, satu per satu aib rumah sakit ini menyeruak ke publik, menggambarkan potret buram sistem kesehatan di Kabupaten Bekasi. Bahkan sejumlah stasiun televisi nasional mulai menyorot kasus ini, menjadikannya isu kemanusiaan berskala nasional.
“Warga Bangkit Melawan RSUD Cabangbungin: Malpraktik hingga Pelecehan Terungkap!!”
Ketua DPD Asosiasi Keluarga Pers Indonesia (Akpersi) Jawa Barat, Ahmad Syarifudin, C.BJ., C.EJ., dengan tegas mengecam keras kejadian ini.
“Ini bukan soal pelayanan buruk semata, tapi soal nyawa dan hak dasar masyarakat yang dilanggar secara brutal,” ujarnya.
Dirinya mendesak agar, Bupati Bekasi Ade Koswara Kunang segera mencopot Direktur RSUD Cabangbungin.
dr. Alamsyah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, bertanggung jawab atas lemahnya pengawasan.
Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, turun tangan langsung untuk menindak dan membenahi sistem pelayanan rumah sakit.
Seruan Keadilan dan Aksi Solidaritas
Gelombang kemarahan warga pun tak terbendung. Aksi solidaritas digelar di sejumlah titik. Spanduk, orasi, dan desakan investigasi menyuarakan satu pesan utama:
“Nyawa rakyat bukan kelinci percobaan! RSUD yang tidak mampu memberikan layanan manusiawi harus dibenahi, bukan dibiarkan menjadi sumber penderitaan.”
Kini, RSUD Cabangbungin telah berubah dari institusi pelayanan kesehatan menjadi simbol kegagalan sistemik yang menyimpan luka kolektif masyarakat.
Dan jika pemerintah daerah tak segera mengambil tindakan nyata, sejarah akan mencatat: penderitaan Bayu Padilah bukan hanya akibat kelalaian medis, tapi juga akibat pembiaran oleh penguasa.